*Keluarga Tauladan dHe*

by 11:45 pm 0 komentar

Salah satu peristiwa yang mengesankan tentang KESERASIAN & KEMULIAAN hidup sepasang suami istri Siti Fatimah r.a. & Ali bin Abi Thalib r.a. diungkapkan oleh Al-baidhawiy dari riwayat yang berasal dari Abdullah Ibnu Abbas :

Pada suatu waktu, Al-Hasan dan Al-Husein r.a jatuh sakit. Bersama Umar Ibnul Khattab dan Abu Bakar Ash-Shiddiq, Rosul Allah datang menjenguk. Berkatalah Umar Ibnul Khattab kepada Ali r.a. : "Kalau anda bernadzar untuk dua orang putera anda itu. Allah akan memulihkan kesehatan mereka, Insya allah…"

"baiklah, aku akan berpuasa tiga hari sebagai syukur kepada allah", sahut Imam Ali. "Aku juga akan berpuasa tiga hari sebagai syukur…," ujar Sitti Fatimah r.a. menimpali nadzar suaminya itu. "kami juga akan berpuasa tiga …," sambung serentak al-Hasan dan Al-Husein r.a. yang sedang sakit. Bahkan pembantu mereka, seorang wanita bernama Fihdhah, tidak mau ketinggalan mengucapkan nadzar yang sama.

Beberapa hari kemudian Allah S.W.T. berkenan memulihkan kembali kesehatan Al-Hassan dan  Al-Husein. Semua anggota keluarga yang mengucapkan nadzar segera mulai melaksanakan puasa tiga hari. Secara kebetulan selama hari-hari berpuasa itu mereka tidak mempunyai persediaan makanan sama sekali. Imam Ali r.a. kemudian pergi ke rumah kenalannya, seorang Yahudi Syam'un, yang bekerja sebagai pengusaha tenun bulu domba. Kepadanya Imam Ali r.a. menanyakan kemungkinan untuk bisa mendapat jatah pekerjaan dengan upah tertentu.

"Apakan anda bisa menyerahkan kepadaku bulu domba untuk dipintal oleh putri Muhammad dengan upah tiga takar gandum?" tanya Imam Ali kepadanya.

Syam'un menyatakan kesediaannya. Kepada Imam Ali diserahkannya sejumlah bahan/bulu domba yang diminta untuk dikerjakan. Imam Ali r .a. lalu pulang membawa bulu domba untuk dipintal oleh istrinya sambil menenteng tiga takar gandum yang diterimanya sebagai upah.

Sesampainya di rumah diceritakannya kepada istrinya, bagaimana ia berhasil memperoleh pekerjaan itu. Ternyata Sitti Fatimah r.a. menyambut baik usaha suaminya dan dengan senang hati ia bersedia mengerjakan secepat mungkin.

Setelah sepertiga bulu domba selesai dikerjakan, diambilnya setakar gandum yang menjadi haknya    sebagai upah kerja, lalu diolahnya menjadi lima potong roti. Dengan demikian masing-masing anggota keluarga akan mendapat jatah sepotong roti pada waktu buka puasa.

Hari mulai petang dan tibalah waktu maghrib. Bersama Rosul allah s.a.w., Ali r.a. menunaikan sholat di masjid. Seusai sholat ia pulang, lalu duduk bersama keluarga menghadapi lima potong roti untuk berbuka puasa. Baru saja Imam Ali r.a. menggigit sepotong roti jatahnya, tiba-tiba muncul seorang fakir miskin berdiri di depan pintu sambil berkata memelas : "Assalamu'alaikum, ya Ahlul-Bait Muhammad! Aku ini seorang muslim yang sangat miskin…, tolong berilah aku sebagian dari hidangan yang sedang kalian santap. Semoga Allah akan memberi makan kalian dari hidangan yang tersedia di dalam sorga…"

Roti yang masih terpegang di tangan segera diletakkan oleh Imam Ali r.a. dan berkata kepada istrinya dalam bentuk senandung : "Hai Fatimah, wanita mulia dan beriman teguh, putri manusia termulia di muka bumi…, tahukah engkau ada seorang miskin sengsara berdiri di pintu merintih kelaparan? Ingatlah, bahwa tiap manusia tergantung pada kebajikan amalnya!"

Dengan bersenandung juga Sitti Fatimah menyahut: "Hai putra paman, perintahmu kutaati! Aku tidak menyesal dan tidak merasa lemah karena lapar. Aku rela makan butiran gandum, karena aku ingin memberi makan orang kelaparan. Kebenaran ada pada tiap manusia bertaqwa dan hidup berjama'ah. Kudambakan syafaat untuk masuk ke dalam sorga…"

Selesai mengucapkan kata-kata itu, segera diambilnya semua roti hidangan dan diberikan kepada orang miskin yang menunggu di depan pintu. Malam harinya semua perut anggota keluarga terasa lapar. Untuk dapat melanjutkan puasa nadzar, masing-masing hanya meneguk air tawar.

Keesokan harinya Sitti Fatimah memintal lagi sepertiga bahan/bulu domba yanga belum dikerjakan. Selesai dikerjakan, ia mengambil lagi takaran gandum seperti kemarin. Kemudian ditepung dan diolah menjadi lima potong roti. Seperti biasanya, petang hari Imam Ali menunaikan sholat maghrib bersama Rosul Allah di masjid. Selesai sholat ia pulang untuk berbuka puasa bersama keluarga. Belum lagi roti digigit, tanpa disangka-sangka datang seorang anak yatim dari salah satu keluarga muslimin. Anak itu berdiri di pintu minta diberi makanan. Ia mengucapkan kata-kata yang hampir sama seperti yang dikatakan kemarin oleh orang miskin.

Imam Ali segera mengambilkan roti yang ada ditangannya ke tempat hidangan semula. Ia berhenti makan dan berkata lagi kepada istrinya dengan bersenandung : "Hai Fatimah, putri Nabi, putri pemimpin dermawan mulia, Allah mendatangkan anak yatim itu kepada kita. Siapa yang hari ini mengharapkan keridhoan Allah, ia memperoleh janji masuk surga yang penuh nikmat…"

Ucapan suaminya itu disambut baik oleh Sitti Fatimah r.a. dengan senandung pula ; "Ia pasti kuberi, tak peduli bagaimana kita sendiri. Allah akan membuat segar semua keluargaku. Bersamaku malam ini mereka akan lapar…dan itu yang paling kecil (yakni Al-Husein r.a.) laksana sedang bertempur melawan lapar."

Sambil mengucapkan rangkuman kata-kata perintis itu, Sitti Fatimah r.a. mengambil semua roti yang ada, lalu diserahkannya kepada anak yatim yang sedang menunggu dipintu. Mereka sendiri hanya meneguk air tawar seperti kemarin. Keesokan harinya mereka masih tetap melaksanakan puasa nadzar yang tinggal sehari lagi.

Pada hari ketiga, Sitti Fatimah r.a. mengerjakan lagi sisa bulu domba yang belum digarap. Habis dikerjakan, ia mengambil sepertiga sisa gandum yang menjadi haknya sebagai upah. Gandum dimasak seperti kemarin. Petang hari sepulang dari sholat maghrib berjama'ah di masjid bersama Rosul Allah s.a.w., Imam Ali r.a. duduk bersama keluarga hendak berbuka puasa. Baru saja hendak memasukkan sesuap roti ke dalam mulutnya, datanglah seorang muslim yang baru saja bebas dari tawanan orang-orang kafir. Bekas tawanan itu berkata : "Assalamu'alaikum, ya Ahla-Bait Muhammad! Orang-orang kafir baru saja habis menawanku. Aku diborgol dan tidak diberi makan!"

Imam Ali meletakkan sepotong roti yang sedan g dipegang, sambil bersenandung kepada istrinya: "Hai Fatimah, putri mulia, putri Nabi dan putri pemimpin agung…, tanpa ada yang menunjukkan tawanan itu datang kemari dengan tangan habis dibelenggu. Ia mengeluh kelaparan dan sengsara. Ingatlah, siapa memberi makan orang sengsara, kelak akan memperoleh balasan yang sama. Di sisi Allah, tiap orang yang menanam akan memetik buahnya dalam sehari…"

Sitti Fatimah menyambut anjuran suaminya itu dengan senandung juga: "Gandum yang tinggal setakar, kini tak ada lagi di tangan. Demi Allah, dua orang anakku sudah terlampau lapar… ya Allah, janganlah mereka itu Kau binasakan, sehingga aku akan kehilangan…."

Semua roti yang di dalam hidangan diambilnya kemudian diserahkan kepada bekas tawanan yang mengeluh kelaparan di pintu.

Esok harinya semua anggota tidak berpuasa lagi, dan sudah tidak ada bekal makanan apapun. Imam Ali r.a. mengajak dua orang putranya menghadap Rosul Allah s.a.w. mereka bertiga dalam keadaan sangat lapar sehingga sekujur badan terasa gemetar.

Ketika Rosul Allah melihat cucu-cucunya seperti itu, beliau berkata kepada menantunya, Imam Ali r.a. : "Aku sedih sekali melihat kalian. Mari kita pergi menemui Fatimah."

Bersama Rosul Allah, Imam Ali dan dua orang putranya pulang ke rumah. Saat itu Sitti Fatimah sedang berada di dalam mihrabnya. Putrinya tampak sudah sedemikian kempes perutnya dan matanya sedemikian cekung karena sangat lapar. Ketika Rosul Allah s.a.w. menyaksikan keadaan putrinya seperti itu, segera dipeluknya sambil berucap : "Ya Allah, tolonglah Ahlul Ba'it Muhammad yang hampir mati kelaparan ini."

Beulm lagi selesai mengucapkan doa itu, datanlah Malaikat Jibril menyampaikan wahyu suci, seperti yang termaktub di dalam Al-Qur'an Surah Al-Insan (Ad-Dahr) : 1-9
﴾ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحيمِ ﴿
Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
﴿هَلْ أَتى‏ عَلَى الْإِنْسانِ حينٌ مِنَ الدَّهْرِ لَمْ يَكُنْ شَيْئاً مَذْكُوراً﴾
1. Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum berbentuk sesuatu yang dapat disebut?
﴿إِنَّا خَلَقْنَا الْإِنْسانَ مِنْ نُطْفَةٍ أَمْشاجٍ نَبْتَليهِ فَجَعَلْناهُ سَميعاً بَصيراً﴾
2. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur (dan) Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan). Karena itu, Kami jadikan dia mendengar dan melihat.
﴿إِنَّا هَدَيْناهُ السَّبيلَ إِمَّا شاكِراً وَ إِمَّا كَفُوراً﴾
3. Sesungguhnya Kami telah menunjukkan jalan (yang lurus) kepadanya; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.
﴿إِنَّا أَعْتَدْنا لِلْكافِرينَ سَلاسِلَ وَ أَغْلالاً وَ سَعيراً﴾
4. Sesungguhnya Kami telah menyediakan rantai, belenggu, dan neraka yang menyala-nyala bagi orang-orang kafir.
﴿إِنَّ الْأَبْرارَ يَشْرَبُونَ مِنْ كَأْسٍ كانَ مِزاجُها كافُوراً﴾
5. Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari gelas (berisi minuman) yang telah dicampur dengan air kafur (yang semerbak mewangi),
﴿عَيْناً يَشْرَبُ بِها عِبادُ اللهِ يُفَجِّرُونَها تَفْجيراً﴾
6. yang berasal dari mata air (di dalam surga) yang darinya hamba-hamba Allah minum, (dan) mereka dapat mengalirkannya dari manapun mereka kehendaki.
﴿يُوفُونَ بِالنَّذْرِ وَ يَخافُونَ يَوْماً كانَ شَرُّهُ مُسْتَطيراً﴾
7. Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana.
﴿وَ يُطْعِمُونَ الطَّعامَ عَلى‏ حُبِّهِ مِسْكيناً وَ يَتيماً وَ أَسيراً﴾
8. Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan orang yang ditawan.
﴿إِنَّما نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللهِ لا نُريدُ مِنْكُمْ جَزاءً وَلا شُكُوراً﴾
9. (Mereka hanya berkata), “Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dan tidak pula (ucapan) terima kasih darimu.

Dengan ayat-ayat tersebut Allah s.w.t. berkenan menerima syukur dan amal bajik mereka. Demi keridhoan Allah, demi kemanusiaan dan demi keadilan hidup, mereka melupakan sama sekali kepentingan pribadi dan keluarga. Tidak aneh kalau Allah menjadikan mereka sebagai pewaris surga firdaus dalam kehidupan akhirat. Amal kebajikan yang kecil materinya, tetapi amat besar nilai rohaninya dan tak akan terlupakan sepanjang zaman. Mereka benar-benar merupakan keluarga tauladan. Allah s.w.t. akan menjadikan mereka anak-cucu keturunan mereka yang sholeh sebagai pemimpin-pemimpin ummat. Dan Allah sendirilah yang akan mewariskan bumi dan seisinya kepada para hamba-Nya yang hidup takwa dan sholeh.

Ya Allah…
Jadikanlah iman dan islam serta ketakwaan hamba seperti para kekasih-Mu..

Abi pernah mengatakan, "Masuk surga itu tidak mudah! Tidak ada seorang ahli Surga itu hidupnya mudah . Mereka menjalani kehidupan dengan penuh ketaatan dan penuh penderitaan di dunia ini. Demi memperjuangkan Dien dan Ridho Allah."

Ya Allah…
Pantaskah hamba mendapatkan Surga-Mu??
Tapi hamba tidak akan sanggup untuk masuk ke dalam Neraka-Mu..

Allahumma Sholi A'la Muhammad wa a'la Ali Muhammad...

Unknown

Author

Seorang istri dan ibu untuk kedua anaknya, Muhammad Alif Arzady Soenendar dan Muhammad Irfan Arzady Soenendar. Yang sedang belajar untuk menjadi istri dan ibu yang terbaik bagi mereka, dengan tujuan mendapatkan ridho Allah semata.

0 komentar:

Post a Comment