Mengajar di Soreang adalah sesuatu yang baru dan memberikan arti tersendiri bagiku.
Murid-muridku bukanlah dari kalangan orang-orang kebanjiran uang. Mereka dari kalangan orang-orang yang memiliki banyak kekurangan, tapi memiliki semangat luar biasa terhadap pendidikan yang hakiki.
Seiring berjalannya waktu, bukan hanya mereka yang belajar dariku, tapi aku yang lebih banyak belajar dari mereka.
Sering, aku merasa iri, sedih, marah dan kecewa saat melihat Alif..
Karena aku tidak bisa memberikan yang terbaik untuk dia.
Aku iri kepada anak-anak yang mereka mendapatkan semua yang tidak bisa aku berikan untuk Alif.
Aku sedih saat Alif meminta dan aku tidak ada.
Aku marah karena merasa tidak berguna menjadi seorang ibu.
Aku kecewa mengapa aku terjebak dalam keadaan ini.
Selama ini yang mengobati rasa frustasiku adalah, "Alif memiliki kakek-nenek yang begitu menyayanginya."
Rasa syukurku tiada henti untuk mereka yang begitu perhatian dan memberikan apa yang tidak bisa aku berikan.
Dan yang terhebat adalah Allah memberikan aku seorang anak yang tabah, sabar, dan penuh pengertian..
Kecerdasan yang Alif miliki mendukung dia dalam menyikapi kekurangan orangtuanya..
Dia pintar memberikan responsif dan inspiratif terhadap kekurangan aku sebagai ibu-nya.
Alif tumbuh dengan seadanya.. bukan dengan makanan 4+5 sehat sempurna. Bukan dengan vitamin setiap saat. Bukan dengan kudapan setiap harinya. Bahkan Alif hanya sekali-sekali mempunyai cemilan. Tapi Alhamdulillah Alif tumbuh dan berkembang dengan baik.
Apabila disandingkan dengan anak-anak didik aku, Alhamdulillah Alif bisa melampaui mereka bahkan, walaupun mereka sudah MTs.
Dan apabila disandingkan dengan anak-anak yang berlebihan segalanya, baik dari gizi, sekolah, tempat tinggal dan gaya. Menurutku, anakku masih berimbang (Tidak kalah). Kalaupun Alif kalah, itu sangat wajar, karena asupan mereka mikro-makronya lebih bahkan berlebihan dibandingkan Alif.
Malah aneh, kalau Alif bisa menang dari anak-anak di atas itu..
Awalnya kaget saat tiba-tiba aku disuruh mengajar, dengan kapasitas aku yang jauh dari mumpuni. Walaupun pada akhirnya aku artikan sebagai sebuah teguran kasih sayang Allah untukku.
Yaitu, mendidik anak bukan hanya sekedar asupan lahiriah semata.
Tapi, dengan asupan batiniah mengenal Allah lebih indah dan lebih sempurna.
Selama ini tanpa disadari, aku
telah musyrik, dengan meyakini bahwa anakku bisa tumbuh baik apabila dia mendapatkan asupan dan pendidikan yang terbaik (mahal dan kualitas).
Aku lupa, hanya Allah lah yang dapat memberikan yang terbaik.
Tugasku hanya bersujud kepada-NYA.
Dan terpenuhilah semua kebutuhanku..
Allah..
Aku akan menjaga amanat-Mu dengan sebaik yang aku mampu.
Karenanya, bimbing dan tegurlah aku selalu..
Dan dan jauhkanlah aku dari sikap dan sifat yang berlebih-lebihan.
Jagalah dan banjirilah cinta-Mu kepada mereka yang telah turut menjaga dan menyanyangi Muhammad Alif Arzady
Ternyata aku yang diajari
Unknown
AuthorSeorang istri dan ibu untuk kedua anaknya, Muhammad Alif Arzady Soenendar dan Muhammad Irfan Arzady Soenendar. Yang sedang belajar untuk menjadi istri dan ibu yang terbaik bagi mereka, dengan tujuan mendapatkan ridho Allah semata.
0 komentar:
Post a Comment